Cerpen pertamaku ditulis waktu aku duduk di bangku SMP sekitar tahun 2007. Sedikit kuperkenalkan sekolah ini bernama SMP Swasta Islam Kualasimpang. Sistemnya mirip sekali dengan Madrasah Tsanawiyah, bedanya sekolahku ini Swasta yang dikelola oleh Yayasan dan bukan Negeri.
Semua berawal waktu pelajaran bahasa indonesia. Di akhir pelajaran Bu Juniarti mengatakan "anak-anak tugas minggu depan buat cerpen ya, nanti ibu nilai mana cerpen yang paling bagus dan cerpennya harus orisinil". Sebagian mengeluh dan ada juga yang bersemangat termasuk aku. Soalnya waktu itu menulis cerpen adalah salah satu hobiku. Apalagi yang nyuruh guru favoritku waktu SMP. Makin bertambah-tambah semangat itu. Walaupun bukan hanya Bu Juniarti yang jadi guru favoritku. Ada Pak Irhamuddin guru Bahasa Arab, Bu Selfi guru Bahasa Inggris dan Pak Awaluddin guru Pendidikan Agama. Mereka semua luar biasa.
Tidak seperti biasa. Tugas yang satu ini aku kerjakan dengan serius. Biasanya jika ada tugas, aku akan mengerjakannya tepat satu hari sebelum pelajaran itu masuk. Namun kali ini beda. Satu hari setelah diumumkan tugas tersebut. Aku langsung bergegas mencari ide untuk menulis cerpen. Awalnya bingung juga. Namun setelah mencari inspirasi lebih dalam. Aku tiba-tiba fokus pada sebuah kardus yang didalamnya terdapat tumpukan buku-buku bekas. Kulihat ternyata buku-buku SD lamaku. Satu persatu kubuka, "mungkin saja ide ada dalam buku ini" begitu pikirku. Sampai akhirnya aku meraih sebuah buku bahasa indonesia kelas V SD. Kubaca dengan seksama. "Fantastik" ketemukan inspirasi dari sebuah cerpen yang berjudul "Legenda Ular Naga".
Ketika sudah dapat ide itu, kutuliskan disebuah catatan khusus. Awalnya berantakan sekali, belum lagi tulisanku yang seperti Cakar Ayam dan ditambah coretan yang berhamburan dimana-mana. Makin tambah ruwet. Akhirnya aku memutuskan untuk mengetiknya saja. Aku segera melesat ke kota dan mencari rental komputer. Waktu itu, rental komputer hanya ada satu dua, tidak menjamur seperti sekarang. Untunglah aku bisa mengetik dan mencetak ulang di tempat kursus komputerku, kebetulan disana ada printer. Kumainkan dua jari telunjuk ini, hingga akhirnya aku menyelesaikannya dengan baik.
Hingga tibalah dimana kami harus mengumpulkan cerpen-cerpen yang telah dibuat. Satu per satu maju dan menyerahkan lembaran kertas cerpennya. Kulihat hanya aku saja yang berbeda. Ternyata dari 31 siswa hanya aku yang mengetik cerpen itu, selebihnya hanya menuliskannya dengan tangan.
Bu Juniarti akhirnya memeriksa cerpen-cerpen itu satu per satu. Geraknya terhenti saat membaca cerpenku, beberapa saat kemudian dia menatapku dan dengan nada keras dan sedikit marah dia berkata kepadaku yang kebetulan duduk sedikit jauh dari meja guru "Ruslan! Ibu suruh apa? Buat cerpen sendiri kan? Ini cerpen dari mana kamu ambil, kalo seperti ini kamu gak ada nilai". Dengan tergagap aku menjawab "Iiitu tulisan saya asli bu, saya cuma ketik ulang. Kalo ibu gak percaya, ini ada yang versi tulis tangannya". kataku sambil mengangkat sebuah lembaran yang tidak lain adalah tulisan tangan amburadul ku"Betul ini tulisan kamu? Kalo iya bagus sekali ini, karena susunan bahasa dan pemilihan katanya sangat baik. Terus ini kok ada gambarnya?" tanyanya. "Oh gambar itu, saya ambil dari buku SD Bu, karena saya pikir ilustrasinya sesuai dengan ide cerita saya, jadi saya copy terus saya masukan di hasil ketikan, sengaja saya beri spasi agak lebar, soalnya untuk ditempel gambar itu. Dan setelah saya tempel, saya copy lagi. Jadi seolah seperti hasil cetakan buku". "Kreatif sekali, kerja bagus nak!" Pujinya.
Ada perasaan takut sekaligus bangga. Cerpen yang aku kira biasa-biasa saja, ternyata luar biasa. Dan waktu cerpen dikembalikan setelah dilakukan penilaian, cerpenku mendapat nilai 97, nilai tertinggi dikelasku. Seakan tak percaya, cerpen yang ku beri judul "Budi dan Ular Naga" mendapat nilai tertinggi. Benar-benar pengalaman yang tidak bisa dilupakan.
0 komentar
Post a Comment