Friday 9 May 2014

(Jangan) Belajar Bahasa Arab! (Mahasiswa PBA wajib baca)

Beberapa hari yang lalu, saya sempat  berkunjung ke sebuah pameran buku di. Saya melihat banyak sekali buku yang dijual. Mulai buku remaja hingga resep masakan. Ruangannya juga diset dengan sedemikian rupa, sehingga membuat pengunjung merasa nyaman. Ditambah lagi, dekorasi ruangan dengan panggung yang berada dibelakangnya, memang benar-benar memanjakan para calon pembeli. 

Seperti biasa, saat saya datang ke toko buku atau pameran. Saya tidak langsung membeli. Awalnya saya akan berkeliling terlebih dahulu, melihat semua judul dan mencari yang paling menarik. Setelah menemukan buku yang cocok barulah saya membelinya dan pulang. Dalam kesempatan itu kebetulan saya membeli 2 buah buku dan segera keluar dari ruangan pameran.

Diluar, saya sempat memikirkan sesuatu. Waktu melihat-lihat buku di rak bahasa, saya menemukan banyak sekali buku dan kamus dari berbagai bahasa, diantaranya, korea, china, jepang, inggris dll. Tapi saat mencoba mencari lebih dalam, tak satupun buku dan kamus bahasa arab saya temukan. Benar-benar ajaib.

Ada beberapa hal yang dapat saya simpulkan. Pertama event organizernya memang bekerja sama dengan beberapa penerbit, namun tak satupun penerbit yang menyediakan buku atau kamus bahasa arab. Kedua, saya memahami ini adalah tugasnya para marketer, yang mampu melihat kondisi pasar. Dan keadaannya adalah buku-buku tentang bahasa arab sangat jarang diminati dan tidak menghasilkan keuntungan yang signifikan. Sangat berbeda dengan hasil penjualan kamus dan buku-buku tentang korea, penjualannya semakin meningkat. Ketiga, dengan mengetahui bahwa keuntungan dari penjualan buku bahasa Arab sangat sedikit, kita jadi tahu. Bahwa sangat sedikit orang yang menyukai belajar bahasa arab. Sampai pada kesimpulan yang ketiga, saya mencoba memahami apa masalah yang terjadi sehingga sedikit sekali orang yang meminati bahasa ini.

Setelah melakukan analisis yang panjang, setidaknya saya mendapati 5 penyebab kenapa bahasa arab kurang diminati banyak orang.

1. Anggapan bahwa bahasa arab itu susah

Paradigma ini sudah terkenal sejak lama. “Bahasa arab itu sulit !” sudah didoktrin kepada mereka yang sudah dan belum belajar bahasa arab. Terlebih saat melihat pelajaran Nahwu dan Shorof, seolah pelajaran-pelajaran ini sangat sulit untuk dikuasai. Jauh sebelum saya masuk ke Jurusan Pendidikan Bahasa Arab (PBA), statemen seperti ini sudah sering saya dengar. Bahkan sempat ada yang mengatakan bahwa jika kita belajar nahwu,maka tak ubahnya kita seperti belajar matematika yang  rumit. Saya fikir, ini perlu dicerdasi. Apalagi bagi yang bergelar mahasiswa jurusan pendidikan bahasa arab. Jangan sampai anggapan ini merasuk ditubuh calon guru bahasa arab. Jika calon guru saja berfikir seperti itu. Konon lagi anak-anak yang akan mereka bina. Jadilah mereka orang-orang yang jauh dari kecintaannya terhadap bahasa arab.

2. Bahasa arab itu khusus untuk anak pesantren

Saya pernah bertemu dengan seseorang, kebetulan saat itu dia melihat saya berbicara bahasa arab dengan beberapa teman. Lantas saat dia menyapa, “Kamu alumni pesantren mana?”. Entah dari mana anggapan ini datang. Seolah bahasa arab hanya untuk mereka yang mengenyam pendidikan di pesantren saja. Alasan ini juga yang menyebabkan ketertarikan banyak orang akan bahasa arab semakin sedikit. Padahal, Bahasa Arab itu untuk siapa saja, tanpa ada pengkotak-kotakan.

3. Sistem belajar yang masih tradisional

Bukan untuk membanding-bandingkan, tapi untuk melihat kenyataan. Coba lihatlah dilapangan, sudah berapa banyak klub-klub belajar bahasa asing yang menawarkan metode-metode canggih yang memudahkan mereka untuk menguasai bahasa tersebut. Kursus bahasa inggris misalnya, mereka terus bersaing memberikan terobosan baru untuk menarik para calon siswanya. Sedangkan dalam pembelajaran bahasa Arab, tak ada trobosan yang berarti. Sistem belajar yang masih tradisional. Bukan bermaksud untuk mengkerdilkan sistem ini. Tapi setidaknya kita harus realistis melihat lapangan. Jika ingin bahasa ini kuat, maka metode dan medianya harus lebih kreatif dan inovatif.

4. Para sarjana yang kurang kontribusi

Berlomba-lomba mendapatkan IP bagus. Tapi tak pernah belomba-lomba untuk terus memarketkan bahasa ini supaya dikenal banyak orang. Saya benar-benar merasa jijik, jika mendengar kalimat seperti ini “kenapa kamu masuk jurusan bahasa arab?”. “karena saya cinta bahasa arab”. Wueek!, benar-benar mau muntah mendengarnya. Jika boleh berkomentar, saya ingin mengatakan pada orang itu, itu kalimat sakral yang tumbuh dari hati, jika hanya tak tau menjawab apapun saat ditanya dosen, Bagusnya diam saja. Pasalnya, kebanyakan yang mengatakan seperti itu adalah mereka yang apatis terhadap bahasa ini. Bahkan untuk tingkat ‘hiwar’ atau berkomunikasi saja tidak mau. Kondisi ini diperparah bahwa mereka kagum melihat mahasiswa jurusan sebelah berdiskusi dengan bahasa asing lain, tapi malu saat mereka menerapkan bahasa arab didepan banyak orang. Apakah ini yang dinamakan cinta.

5. Konspirasi kaum kuffar untuk menghilangkan pengaruh bahasa arab

Jika sebelumnya adalah faktor internal dari bahasa arab itu sendiri. Maka analisis saya yang terakhir adalah eksternal yakni adanya konspirasi global yang digencarkan untuk menghapus keotentikan bahasa arab. Inilah yang terjadi di Turki. Saat masih berbentuk khilafah, turki dulunya masih mengadopsi banyak bahasa arab, namun setelah kaum sekuleris masuk dan memimpin pemerintahan, jadi bahasa arab dikikis sedikit demi sedikit. Dengan mengusung takeline “nasionalisme” akhirnya mereka mampu menjauhkan masyarkat turki dengan bahasa arab. Setelah dijatuhkan, maka ditonjolkanlah bahasa-bahasa yang seolah membawa “kehidupan” untuk mereka yang menguasainya. Apalagi media sekarang seolah ingin menunjukan sebuah kalimat “Jangan belajar bahasa arab!”. Ini disebabkan karena pengaruh bahasa arab terhadap pemahaman agama islam sangat besar. Dan menurut mereka bahasa arab juga harus ditumpas .

-----------------------------------

Bahasa arab adalah bahasa yang mulia. Al Qur’an, pedoman hidup kita diturunkan dengan menggunakan bahasa arab. Rasulullah, dalam kesehariannya juga berbahasa arab. Bahkan disurga juga menggunakan bahasa arab. Jadi alasan apa yang membuat kita meninggalkan bahasa arab, apakah ada orang yang lebih kita cintai selain rasulullah, atau ada tempat lain yang lebih indah dari surga, yang karenanya kita berpaling. Jangan sampai kecintaan kita kepada rasulullah dikalahkan dengan kecintaan kita kepada artis-artis Hollywood atau Boy band korea.

Saya juga belum terlalu mahir dibidang ini. Tapi setidaknya kita tunjukan kebanggan, kepedulian dan kontribusi untuk terus mengembangkan pembelajaran bahasa arab yang baik dan benar serta mengusung kreatifitas dalam menyebarluaskannya. Wallahu ‘alam bi shawwab.

3 komentar:

  1. Terima kasih, Luar biasa artikelnya... izin share di blog kami. prodipbastainparepare.

    ReplyDelete
  2. terimakasih atas pencerahannya..sangat bermanfaat

    ReplyDelete